Enter your keyword

Cara Lain Menuturkan Simon Admiraal dan Kisah Mazhab Bandung

noncetak publi sosmed ind

CARA LAIN MENUTURKAN Simon Admiraal dan Kisah Mazhab Bandung
16 Agustus – 17 Oktober 2017
PEMBUKAAN 16 Agustus 19.00
BINCANG PAMERAN 18 Agustus 14.00 (bersama Marjon Berkenvelder, cucu Simon Admiraal)

Sejarawan seni terbiasa menulis kisah Seni Rupa-ITB sebagai akademi seni yang mendidik siswanya berorientasi pada seni modern Barat. Sementara Jogja dianggap lebih membumi karena memajukan semangat revolusi budaya nasional Indonesia.

Tampaknya sejarawan cukup puas hanya sampai pada pengisahan itu dan membiarkan substansi permasalahannya menggantung hingga hari ini. Itu terjadi karena mereka menghindari sejumlah pertanyaan, seperti: benarkah pada mulanya sekolah seni Bandung diprakarsai untuk berorientasi pada Barat? Apakah konsep dan sasaran sebenarnya yang ingin dicapai sekolah ini? Mengapa kemudian pada 1970-an, seniman dari Seni Rupa-ITB tampak leluasa mengembangkan sintesis antara nilai-nilai kesenian Indonesia masa lalu dan kemodernan tanpa harus terperangkap ke dalam pandangan nostalgis-romantis? Mengapa di kampus ini mereka tidak mengalami kesulitan dalam melakukan eksperimen artistik? Darimana modal sikap dan kesadaran ini berasal?

Selain ditujukan untuk merayakan 70 Tahun Seni Rupa-ITB, pameran ini ingin menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan menonjolkan peran dan kontribusi Simon Admiraal – inisiator dibalik berdirinya Universitaire Leergang Voor de Opleiding van Tekenleraren (Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar) pada 1947 yang kini telah berkembang menjadi FSRD-ITB. Kita tahu dalam penulisan sejarah, dibandingkan Ries Mulder, sosok Simon Admiraal dan beberapa nama lain seperti Jeek Zeylemaker, P. Pypers dan J.M. Hopman terbenam dan perannya hampir tidak terungkap.

Oleh karena itu, pameran ini juga ingin memunculkan kembali peran dan sumbangsih mereka pada sejarah Seni Rupa-ITB. Pameran ini diharapkan bisa menawarkan sudut pandang berbeda dalam menuturkan kisah Mazhab Bandung berdasarkan karya, dokumen, arsip, dan sejumlah reproduksi yang selama ini diabaikan sejarawan.

_

Dikurasi oleh
Aminudin TH Siregar
Danuh Tyas

Peneliti
Alfonzo Koapaha
Aminudin TH Siregar
Danuh Tyas
Michael Binuko
Ryanto Widiastono
Zusfa Roihan